Minggu, 28 Maret 2021

BISNIS KEHUTANAN : MINYAK ATSIRI CENGKEH

 Makalah Bisnis Kehutanan                                                                                                   Medan,  Maret 2021

BISNIS MINYAK ATSIRI CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)

Dosen Penanggung Jawab:

Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.

Disusun Oleh:

Yon Felix Hutagalung

181201115

MNH 6

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 


 

 

 

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

                                                                  
                                                          2021




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Bisnis Kehutanan ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas  Bisnis Kehutanan, di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Makalah ini adalah “Bisnis Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)”.

                 Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung jawab mata kuliah, Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. yang telah memberikan materi dengan baik dan benar.

                 Meski penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini agar  mendapat yang terbaik. Namun penulis sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

           

     Medan,     Maret 2021

  

                                                                                                                     Penulis

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pemilik hutan terbesar di dunia dengan luas kawasan hutan sebesar 120,7 juta ha. Namun, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi deforestasi yang disebabkan oleh kegiatan manusia diantaranya illegal logging, kebakaran hutan dan lahan, serta konflik kepentingan yang tidak lagi mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan semakin menurunnya pasokan kayu, sehingga perlu dilakukan upaya pengelolaan hutan salah satunya adalah dengan meningkatkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) (Iqbal dan Septina, 2018).

Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peranan yang beragam, baik terhadap lingkungan alam maupun terhadap kehidupan manusia. HHBK yang sudah biasa dimanfaatkan dan dikomersilkan diantaranya adalah cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, jernang, kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, minyak atsiri dan madu. Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Istilah Hasil Hutan Non Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil hutan yang berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri (Tang dkk., 2019).

Cengkeh termasuk suku Myrtaceae yang banyak ditanam di beberapa negara termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Minyak cengkeh dapat diperoleh dari bunga cengkeh (Clove Oil), tangkai atau gagang bunga cengkeh (Clove Steam Oil) dan dari daun cengkeh (Clove Leaf Oil). Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol antara 78-95%, dari tangkai atau gagang bunga mencapai 6% dengan kadar eugenol antara 89-95%, dan dari daun cengkeh mencapai 2-3% dengan kadar eugenol antara 80-85%. Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah eugenol, yang bermanfaat dalam pembuatan vanilin, eugenil metil eter, eugenil asetat, dll. Vanilin merupakan bahan pemberi aroma pada makanan, permen, coklat dan parfum. Bunga cengkeh juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok (Hadi, 2012).

Minyak atsiri atau disebut juga dengan essensial oil, etherial oil, atau volatile oil adalah salah satu komoditas yang memiliki potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia. Minyak atsiri adalah ektsrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, bahkan putik bunga. Dari 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat di produksi di Indonesia. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Indonesia semestinya mampu menjadi produsen utama minyak atsiri dunia. Di Indonesia ada 40 jenis minyak atsiri yang bisa di kembangkan, salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Seperti diungkapkan oleh Bank Indonesia industri minyak daun cengkeh tidak hanya memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang  menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak (Khozali dkk., 2012).


1.2. Rumusan Masalah

1.   Bagaimana klasifikasi ilmiah serta morfologi dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ?

2.   Apa kandungan dan manfaat dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ?

3.   Apa yang dimaksud dengan minyak atsiri cengkeh dan apa manfaatnya?

4.   Bagaimana potensi minyak atsiri cengkeh di Indonesia ?


1.3. Tujuan

1.   Untuk mengetahui klasifikasi ilmiah serta morfologi dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.).

2. Untuk memahami dan mengetahui kandungan dan manfaat dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.).

3.   Untuk mengetahui tentang minyak atsiri cengkeh dan manfaatnya.

4.   Untuk mengetahui potensi minyak atsiri cengkeh di Indonesia.



BAB II

ISI

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Cengkeh dikenal dengan berbagai macam istilah di beberapa daerah seperti bunga rawan (Sulawesi), bungeu lawang (Sumatra) dan cengkeh (Jawa). Istilah lain dari cengkeh diantaranya sinke, cangke, cengke, gomode, sake, singke, sangke dan hungo lawa. klasifikasi ilmiah cengkeh adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisi              : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledoneae

Bangsa            : Myrtales

Famili              : Myrtaceae

Marga              : Syzygium

Spesies            : Syzygium aromaticum L

Gambar 1. Pohon Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m. Tanaman ini mampu bertahan hidup hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan ketinggian 600–1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun tunggal yang kaku dan bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2–3 cm. Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing, tepi rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5–5 cm. Daun cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna hijau kemerahan.

Gambar 2. Cengkeh Kering

             Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah berumur 4,5–8,5 tahun, tergantung keadaan lingkungannya. Bunga cengkeh merupakan bunga tunggal berukuran kecil dengan panjang 1–2 cm dan tersusun dalam satu tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri dari 2–3 cabang malai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa mencapai lebih dari 15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri.

2.2. Kandungan Kimia dan Manfaat Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Tanaman cengkeh mengandung rendemen minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam bunga (10–20%), tangkai (5–10%) maupun daun (1–4%). Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80–90%. Kandungan minyak atsiri bunga cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol (81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%). Eugenol (C10H12O2) adalah senyawa berwarna bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak, bersifat mudah larut dalam pelarut organik dan sedikit larut dalam air. Eugenol memiliki berat molekul 164,20 dengan titik didih 250–255ºC. Eugenol merupakan senyawa yang terdapat pada minyak atsiri bunga cengkeh dan berfungsi sebagai zat antifungi dan antibakteri.

Tanaman cengkeh banyak dimanfaatkan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Tanaman cengkeh bahkan dijadikan sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat untuk mengobati sakit gigi, rasa mulas sewaktu haid, rematik, pegal linu, masuk angin, sebagai ramuan penghangat badan dan penghilang rasa mual. Bagian tanaman cengkeh yang banyak dimanfaatkan adalah bunga, tangkai bunga dan daun. Bunga cengkeh yang dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan penyedap rokok dan obat penyakit kolera. Minyak cengkeh yang didapatkan dari hasil penyulingan bunga cengkeh kering (cloves oil), tangkai bunga cengkeh (cloves stem oil) dan daun cengkeh kering (cloves leaf oil) banyak digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul dan sakit gigi, sebagai penghilang rasa sakit, penyedap masakan dan wewangian.

2.3. Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Minyak daun cengkih berwarna kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi coklat. Minyak dapat larut dalam etanol 70-90% dan eter, berat jenis (25°C) 1,014-1,054, putaran optik (20°C) 0-15, dan indeks bias (20°C) 1,528-1,537. Minyak daun cengkih kasar asal Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) warna coklat kehitaman dan bau aromatik kuat, rasa rempah dan pedas, 2) berat jenis(20°C) 1,025-1,0609, 3) indeks bias (20°C) 1,527-1,541, 4) kandungan eugenol minimum 78% (cara basah), 5) kelarutan dalam etanol 70% (v/v) 1:2, dan 6) dapat disimpan hingga 2 tahun. Komponen utama minyak cengkih adalah eugenol (70-80%), asetil eugenol, beta-kariofilen, dan vanilin. Juga mengandung tanin, asam galatonat, metil salisilat, asam krategolat, senyawa flavonoid eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin serta senyawa triterpenoid asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol.

Gambar 2. Minyak Atsiri Cengkeh

Eugenol dari minyak cengkih banyak dipakai dalam industri kesehatan dalam bentuk obat kumur, pasta, bahan penambal gigi, balsam, dan penghambat pertumbuhan jamur patogen. Turunan dari eugenol seperti isoeugenol dan vanilin dimanfaatkan dalam industri parfum, wewangian, penyedap makanan, penyerap ultraviolet, stabilisator, dan antioksidan dalam pembuatan plastik dan karet. Metil eugenol mempunyai aroma khas serangga betina (feromon seks), sebagai atraktan untuk menarik.

2.4. Potensi Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Indonesia merupakan pemasok utama minyak cengkih untuk pasar India dan Arab Saudi. Kekurangan kebutuhan di negara tersebut dipasok oleh Zanzibar, Madagaskar, dan Sri Lanka. Minyak cengkih Indonesia juga dipasarkan ke Vietnam, Pakistan, Bangladesh, Amerika, dan Uni Emirat Arab. Berdasarkan ketersediaan bahan baku, teknologi, nilai jual, peluang pasar minyak cengkih dan turunannya, kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat, minyak cengkih berpeluang dikembangkan.

Potensi luas areal tanam cengkeh di Indonesia mencapai 455.393 ha dengan produksi daun cengkeh gugur 2.368.043 ton/tahun dengan rendemen 1 - 4%. Menurut peneliti, produksi tanaman cengkeh berumur > 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar 0,96 kg/pohon/minggu, sedang cengkeh berusia < 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar 0,46 kg/pohon/minggu. Ditinjau dari aspek pasar, minyak cengkeh mempunyai prospek pemasaran yang menjanjikan karena permintaan minyak cengkeh 5.000 – 6.000 ton per tahun rata-rata harga Rp. 400.000 per botol dan 70%-80% permintaannya ada di Indonesia khususnya industri kimia aromatik turunan minyak cengkeh.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1.   Minyak atsiri adalah ektsrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, yang memiliki banyak kegunaan di bidang industri seperti kosmetik, parfum, bahan penyedap, dan lain-lain.

2.   Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m dan banyak dimanfaatkan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan obat-obatan.

3.   Minyak astsiri cengkeh berwarna kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi coklat dengan kandungan eugenol (81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%).

4.   Eugenol dari minyak cengkih banyak dipakai dalam industri kesehatan dalam bentuk obat kumur, pasta, turunan dari eugenol seperti isoeugenol dan vanilin dimanfaatkan dalam industri parfum, wewangian, penyedap makanan, penyerap ultraviolet, stabilisator, dan antioksidan.

5.   Minyak cengkeh berpeluang dikembangkan, minyak cengkeh mempunyai prospek pemasaran yang menjanjikan karena permintaan minyak cengkeh 5.000 – 6.000 ton per tahun rata-rata harga Rp. 400.000 per botol dan 70%-80% permintaannya ada di Indonesia

Saran

            Peluang bisnis minyak cengkeh cukup menjanjikan, untuk itu perlu dilakukan perluas areal tanam cengkeh, sehingga potensi hasil lebih besar dan dapat menyerap tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Bustaman S. 2011. Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkih Sebagai Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian, 30(4): 132-239.

Hadi S. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil) Menggunakan Pelarut n-Heksana Dan Benzena. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1(2): 25-30.

Iqbal M, Septina AD. 2018. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Oleh Masyarakat Lokal Di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 4(1): 19-34.

Khozali A, Supardi S, Hastuti D. 2012. Analisa Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 8(2): 32-42.

Lekatompessy M, Girsang W, Timisela NR. 2019. Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pemasaran Minyak Cengkeh Di Pulau Ambon. Jurnal Agribisnis Kepulauan, 7(2): 106-119.

Tang M, Malik A, Hapid A. 2019. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Bambu Oleh Masyarakat Terasing (Suku Lauje) di Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. Jurnal Warta Rimba, 7(2): 19-26.