Makalah Bisnis Kehutanan Medan, Maret 2021
BISNIS MINYAK ATSIRI CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)
Dosen Penanggung Jawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.
Disusun Oleh:
Yon Felix Hutagalung
181201115
MNH 6
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Bisnis Kehutanan ini
dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai salah
satu tugas Bisnis
Kehutanan, di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul Makalah
ini adalah “Bisnis Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.)”.
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen penanggung jawab mata
kuliah, Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. yang telah
memberikan materi dengan baik dan benar.
Meski penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah
ini agar mendapat yang terbaik. Namun
penulis sadar bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, Maret 2021
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara pemilik hutan terbesar di dunia dengan luas kawasan
hutan sebesar 120,7 juta ha. Namun, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi
deforestasi yang disebabkan oleh kegiatan manusia diantaranya illegal logging,
kebakaran hutan dan lahan, serta konflik kepentingan yang tidak lagi
mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan semakin
menurunnya pasokan kayu, sehingga perlu dilakukan upaya pengelolaan hutan salah
satunya adalah dengan meningkatkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
(Iqbal dan Septina, 2018).
Hasil
hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik
nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan bagian dari
ekosistem hutan yang memiliki peranan yang beragam, baik terhadap lingkungan
alam maupun terhadap kehidupan manusia. HHBK yang sudah biasa dimanfaatkan dan
dikomersilkan diantaranya adalah cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun,
bambu, sutera alam, jernang, kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, minyak
atsiri dan madu. Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan
hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon.
Istilah Hasil Hutan Non Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil
hutan yang berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat
khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual
sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri (Tang
dkk., 2019).
Cengkeh
termasuk suku Myrtaceae yang banyak
ditanam di beberapa negara termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai
penghasil minyak atsiri. Minyak cengkeh dapat diperoleh dari bunga cengkeh (Clove Oil), tangkai atau gagang bunga
cengkeh (Clove Steam Oil) dan dari
daun cengkeh (Clove Leaf Oil).
Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar
eugenol antara 78-95%, dari tangkai atau gagang bunga mencapai 6% dengan kadar
eugenol antara 89-95%, dan dari daun cengkeh mencapai 2-3% dengan kadar eugenol
antara 80-85%. Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah eugenol, yang
bermanfaat dalam pembuatan vanilin, eugenil metil eter, eugenil asetat, dll.
Vanilin merupakan bahan pemberi aroma pada makanan, permen, coklat dan parfum.
Bunga cengkeh juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok (Hadi, 2012).
Minyak atsiri atau disebut juga dengan essensial oil, etherial oil, atau volatile oil adalah salah satu komoditas yang memiliki potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia. Minyak atsiri adalah ektsrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, bahkan putik bunga. Dari 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat di produksi di Indonesia. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Indonesia semestinya mampu menjadi produsen utama minyak atsiri dunia. Di Indonesia ada 40 jenis minyak atsiri yang bisa di kembangkan, salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Seperti diungkapkan oleh Bank Indonesia industri minyak daun cengkeh tidak hanya memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak (Khozali dkk., 2012).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
klasifikasi ilmiah serta morfologi dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ?
2. Apa
kandungan dan manfaat dari Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) ?
3. Apa
yang dimaksud dengan minyak atsiri cengkeh dan apa manfaatnya?
4. Bagaimana
potensi minyak atsiri cengkeh di Indonesia ?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui klasifikasi ilmiah serta morfologi dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.).
2. Untuk
memahami dan mengetahui kandungan dan manfaat dari Cengkeh (Syzygium aromaticum L.).
3.
Untuk
mengetahui tentang minyak atsiri cengkeh dan manfaatnya.
4.
Untuk
mengetahui potensi minyak atsiri cengkeh di Indonesia.
BAB II
ISI
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
Cengkeh
dikenal dengan berbagai macam istilah di beberapa daerah seperti bunga rawan
(Sulawesi), bungeu lawang (Sumatra) dan cengkeh (Jawa). Istilah lain dari
cengkeh diantaranya sinke, cangke, cengke, gomode, sake, singke, sangke dan
hungo lawa. klasifikasi ilmiah cengkeh adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Spesies : Syzygium
aromaticum L
Cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) merupakan
tanaman pohon dengan batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30
m. Tanaman ini mampu bertahan hidup hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh
dengan baik di daerah tropis dengan ketinggian 600–1000 meter di atas permukaan
laut (dpl). Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun tunggal yang kaku dan
bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2–3 cm. Daun cengkeh
berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing, tepi rata, tulang daun menyirip,
panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5–5 cm. Daun cengkeh muda berwarna hijau
muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna hijau kemerahan.
Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah
berumur 4,5–8,5 tahun, tergantung keadaan lingkungannya. Bunga cengkeh
merupakan bunga tunggal berukuran kecil dengan panjang 1–2 cm dan tersusun
dalam satu tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri
dari 2–3 cabang malai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa
mencapai lebih dari 15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda, kemudian
berubah menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan apabila
sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas
karena mengandung minyak atsiri.
2.2.
Kandungan Kimia dan Manfaat
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
Tanaman
cengkeh mengandung rendemen minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam
bunga (10–20%), tangkai (5–10%) maupun daun (1–4%). Minyak atsiri dari bunga
cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil rendemennnya tinggi dan mengandung
eugenol mencapai 80–90%. Kandungan minyak atsiri bunga cengkeh didominasi oleh
eugenol dengan komposisi eugenol (81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%),
α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan
trimetoksi asetofenon (0,53%). Eugenol (C10H12O2)
adalah senyawa berwarna bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak,
bersifat mudah larut dalam pelarut organik dan sedikit larut dalam air. Eugenol
memiliki berat molekul 164,20 dengan titik didih 250–255ºC. Eugenol merupakan
senyawa yang terdapat pada minyak atsiri bunga cengkeh dan berfungsi sebagai
zat antifungi dan antibakteri.
Tanaman
cengkeh banyak dimanfaatkan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan
obat-obatan. Tanaman cengkeh bahkan dijadikan sebagai obat tradisional karena
memiliki khasiat untuk mengobati sakit gigi, rasa mulas sewaktu haid, rematik,
pegal linu, masuk angin, sebagai ramuan penghangat badan dan penghilang rasa
mual. Bagian tanaman cengkeh yang banyak dimanfaatkan adalah bunga, tangkai bunga
dan daun. Bunga cengkeh yang dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan penyedap
rokok dan obat penyakit kolera. Minyak cengkeh yang didapatkan dari hasil
penyulingan bunga cengkeh kering (cloves
oil), tangkai bunga cengkeh (cloves
stem oil) dan daun cengkeh kering (cloves
leaf oil) banyak digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul dan
sakit gigi, sebagai penghilang rasa sakit, penyedap masakan dan wewangian.
2.3.
Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.)
Minyak
daun cengkih berwarna kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi
coklat. Minyak dapat larut dalam etanol 70-90% dan eter, berat jenis (25°C) 1,014-1,054, putaran
optik (20°C) 0-15, dan indeks bias (20°C) 1,528-1,537. Minyak daun
cengkih kasar asal Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) warna
coklat kehitaman dan bau aromatik kuat, rasa rempah dan pedas, 2) berat
jenis(20°C) 1,025-1,0609, 3) indeks bias (20°C) 1,527-1,541, 4)
kandungan eugenol minimum 78% (cara basah), 5) kelarutan dalam etanol 70% (v/v)
1:2, dan 6) dapat disimpan hingga 2 tahun. Komponen utama minyak cengkih adalah
eugenol (70-80%), asetil eugenol, beta-kariofilen, dan vanilin.
Juga mengandung tanin, asam galatonat, metil salisilat, asam krategolat,
senyawa flavonoid eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin serta senyawa
triterpenoid asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol.
Eugenol
dari minyak cengkih banyak dipakai dalam industri kesehatan dalam bentuk obat
kumur, pasta, bahan penambal gigi, balsam, dan penghambat pertumbuhan jamur patogen.
Turunan dari eugenol seperti isoeugenol dan vanilin dimanfaatkan dalam industri
parfum, wewangian, penyedap makanan, penyerap ultraviolet, stabilisator, dan
antioksidan dalam pembuatan plastik dan karet. Metil eugenol mempunyai aroma
khas serangga betina (feromon seks), sebagai atraktan untuk menarik.
2.4.
Potensi Minyak Atsiri Cengkeh
(Syzygium
aromaticum L.)
Indonesia
merupakan pemasok utama minyak cengkih untuk pasar India dan Arab Saudi.
Kekurangan kebutuhan di negara tersebut dipasok oleh Zanzibar, Madagaskar, dan
Sri Lanka. Minyak cengkih Indonesia juga dipasarkan ke Vietnam, Pakistan,
Bangladesh, Amerika, dan Uni Emirat Arab. Berdasarkan ketersediaan bahan baku,
teknologi, nilai jual, peluang pasar minyak cengkih dan turunannya, kesempatan
kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat, minyak cengkih berpeluang
dikembangkan.
Potensi luas areal tanam cengkeh di Indonesia mencapai 455.393 ha dengan produksi daun cengkeh gugur 2.368.043 ton/tahun dengan rendemen 1 - 4%. Menurut peneliti, produksi tanaman cengkeh berumur > 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar 0,96 kg/pohon/minggu, sedang cengkeh berusia < 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar 0,46 kg/pohon/minggu. Ditinjau dari aspek pasar, minyak cengkeh mempunyai prospek pemasaran yang menjanjikan karena permintaan minyak cengkeh 5.000 – 6.000 ton per tahun rata-rata harga Rp. 400.000 per botol dan 70%-80% permintaannya ada di Indonesia khususnya industri kimia aromatik turunan minyak cengkeh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Minyak
atsiri adalah ektsrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, yang memiliki banyak
kegunaan di bidang industri seperti kosmetik, parfum, bahan penyedap, dan
lain-lain.
2.
Cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) merupakan
tanaman pohon dengan batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m
dan banyak dimanfaatkan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan
obat-obatan.
3.
Minyak
astsiri cengkeh berwarna kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah
menjadi coklat dengan kandungan eugenol (81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%),
α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan
trimetoksi asetofenon (0,53%).
4.
Eugenol
dari minyak cengkih banyak dipakai dalam industri kesehatan dalam bentuk obat
kumur, pasta, turunan dari eugenol seperti isoeugenol dan vanilin dimanfaatkan
dalam industri parfum, wewangian, penyedap makanan, penyerap ultraviolet,
stabilisator, dan antioksidan.
5.
Minyak
cengkeh berpeluang dikembangkan, minyak cengkeh mempunyai prospek pemasaran
yang menjanjikan karena permintaan minyak cengkeh 5.000 – 6.000 ton per tahun
rata-rata harga Rp. 400.000 per botol dan 70%-80% permintaannya ada di
Indonesia
Saran
Peluang bisnis minyak cengkeh cukup menjanjikan, untuk itu perlu dilakukan perluas areal tanam cengkeh, sehingga potensi hasil lebih besar dan dapat menyerap tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bustaman S.
2011. Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkih Sebagai Komoditas Ekspor Maluku.
Jurnal Litbang Pertanian, 30(4):
132-239.
Hadi S. 2012. Pengambilan
Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
Menggunakan Pelarut n-Heksana Dan Benzena. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan, 1(2): 25-30.
Iqbal M, Septina AD.
2018. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Oleh Masyarakat Lokal Di Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal
Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 4(1): 19-34.
Khozali A, Supardi S,
Hastuti D. 2012. Analisa Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 8(2): 32-42.
Lekatompessy M,
Girsang W, Timisela NR. 2019. Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pemasaran
Minyak Cengkeh Di Pulau Ambon. Jurnal
Agribisnis Kepulauan, 7(2): 106-119.
Tang M, Malik A, Hapid A.
2019. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Bambu Oleh Masyarakat Terasing
(Suku Lauje) di Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. Jurnal Warta Rimba, 7(2): 19-26.